Something I want, I Must do it!

Selasa, 20 Desember 2016

Visit Pondok 2016


Ehem.. pencintraan dulu ahhaha


Coba tebak saat itu saya dimana?

Masih di Pulau Jawa atau luar Pulau Jawa?
Wah.. ada yang jawabannya benar ada juga yang belum nih.
Jengg... jengg...
Saya ada di Singosari, Malang, Jawa Timur looh. Tepatnya disana saya bersama teman-teman Volunteer mencoba untuk bermain bersama Pondok Pesantren Yatim dan Du’afa Al-Ikhlas, sudah ada yang tahu atau yang pernah kesana?

Adik-adik di Pondok Pesantren (PP) berjumlah kurang lebih 70 orang. Kebetulan kami mendapat kesempatan untuk melihat dan bermain bersama dengan adik-adik Ikhwannya, untuk yang Akhwatnya lain kali kita bisa main ya?

Pertama kali saya tahu ada acara Visit Pondok ini saya tidak sampai berfikir 2 kali untuk ikut serta. Yaps, langsung daftar saja walau memikirkan tempat dan kesibukan saya yang waktu itu sedang nganggur banget dikosan. Hahhahha.

Walau niat awal saya itu untuk mengisi waktu luang, tapi sebenarnya bukan hanya itu melainkan saya ingin tahu bagaimana sih suasana Pondok Pesantren itu. Karena dulu saya sebenarnya pengen banget untuk masuk ke Pondok Pesantren, tapi ya~ belum dapet ijin dari ortu. Mungkin lebih khawatir saja kali ya anak lulus SD yang masih manjah ingin hidup sendiri. Eaaa...

Oke next ke acara ketjeeh dari Sahabat Pelajar Jawa Timur ini. Ternyata Visit Pondok 2016 adalah acara pertama yang mereka adakan dan kami volunteer menjadi angkatan pertama. Alhamdulillah, InsyaAllah akan terus ada Visit Pondok, Visit Pondok seterusnya aamiin.

Ayo kita dukung acara yang sangat bermanfaat ini, selain kita mengenal banyak teman, kita juga akan mendapat ilmu dari adik-adik mandiri yang datang dari seluruh Indonesia. Adik-adik yang berada di PPAD Al-Ikhlas ini mayoritas dari wilayah Indonesia bagian barat.

Bisa disangka tidak, anak usia SD bahkan TK dan Playgroub disana sudah hidup tanpa orang tua?, bisa bayangin tidak jika kita berada diposisi mereka?, sedih, sangat sedih bagi saya, bahkan sudah ketahap miris untuk melihat mereka. Walau, tidak separah apa yang dirasakan oleh adik-adik di wilayah perang saudara.


“Ibu, ibu kita main SOS saja yu!”.


Ketika itu saya dipanggil ibu oleh adik-adik kelompok 3 yang saya pegang.
Saya tidak langsung menoleh ketika itu, tapi saya menahan air mata saya untuk tidak menangis dihadapan mereka. Kemudian, saya hanya jawab,
“Dek, jangan panggil ibu ya, panggil kakak saja”.
Disaat itu saya hanya berusaha senyum kepada mereka, tapi saya selalu teringat kalau mereka ini tidak memiliki seorang ibu, tidak pernah tau gimana rasanya disayangi oleh seorang ibu, sungguh kuat sekali hati mereka bukan?. Mereka hanya tau sosok seorang Ustad (ayah), bisa dibayangkan bukan?


Kemudian dari Volunteer memiliki jam untuk berbagi ilmu untuk membersihkan diri. Cara mandi, menggosok gigi, ganti pakaian, dan ilmu kebersihan badan dari awal bangun tidur hingga mau tidur.
Di sela-sela saya mengawasi adik-adik kelompok 3 praktik membersihkan diri salah tunya dengan menggosok gigi, dari mereka ada yang mengeluarkan darah, uh sungguh menyedihkan bagi saya untuk melihat itu. Namun ditambah ada dari mereka yang tidak memiliki sikat gigi, ya Allah saya bingung untuk mengatasi keluhannya. Karena saya tahu untuk kita membeli keperluan makan pun harus memilki waktu yang tidak sebentar, bagaimana dengan membeli sikat gigi?. Bukan dari panitia atau volunteer yang tidak menyiapkan, tapi informasi dan persiapan kita terbatas. Akhirnya, salah satu panitia ada yang membeli sikat gigi untuk adik yang berada di kelompok saya, namun setelah sikat gigi itu terbeli sayapun lupa untuk memberikan kepada adik satu itu. Ya Allah sungguh penyesalan itu saya bawa sampai sekarang. Saya ingat adik itu, ini



Lalu ketika saya asyik bermain bersama mereka, saya melihat ada disalah satu telinga adik dikelompok saya yang memiliki luka dikupingnya. Luka itu berupa seperti darah dan nanah, uh saya hanya bisa bertanya, “dek, ada apa dengan telingamu?”. Dijawab oleh teman-temannnya, “telinganya sakit kak, dia suka menangis kalau malam”. | “Kenapa tidak bilang oleh Ustad?” | “sudah kak, tapi dia tidak mau minum obat”. (dengan logat timur mereka)
Saya hanya bisa berdoa, hati saya sungguh tak kuasa bertanya lebih dalam.
“oke deh, kita ingin main apa lagi?”, lanjut saya.



ketika pemberian materi ada yang tetidur


Pada sesi Outbond, saya menemukan adik-adik yang malu dan tidak mau bergabung dengan kami. Karena mereka tidak biasa melihat wanita selain ibu yang memasak makanan dan ibu yang mencuci pakaian mereka. Alhasil, saya memancing mereka untuk bermain dengan membawa balon yang saya bawa.

Saya membujuk satu demi satu. Ada yang merespon
Saya tidak memiliki kelompok kak (saya jawab, masuk ke kelompok kakak ya, kelompok 3)
Saya kakinya lagi sakit kak (ini alasan yang dipakai karena salah satu dari mereka malu)
Ada yang merespon dengan lari hingga mengumpat jika saya hampiri. Dan sayapun ikutan mengejar mereka sampai gudang dan kamar mereka. Perjuangan
Sampai ada yang tidak mau menjawab pertanyaan saya karena ia telah baligh, jadi ia malu dengan kehadiran saya. MasyaAllah.. ia sangat menghormati saya saat itu.

Dan akhirnya saya memiliki adik asuh segini..



Yang awalnya hanya segini..



Yeaayyy,, sungguh menyenangkan sekali bersama mereka. Kita juga membuat tempat alat tulis yang mudah dibuat hanya memakau kardus bekas.

I LOVE CHILDREN
I LOVE CHILDREN
I LOVE CHILDREN
SAYA SANGAT SUKA ANAK-ANAK DAN CINTA DENGAN DUNIANYA.
Sedikit tips nih jika readers ingin menjadi Volunteer untuk menghibur mereka mendekatinya seperti apa,
1.    Menyukai dunia mereka, contoh: jika ia suka bermain bola, coba saja ajak ia bermain bola atau jika di ruangan buat gulungan kertas yang menyerupai bola lalu mainkan dengan tangan.
2.    Saya pernah tau jika mendekati anak-anak di jaman sekarang itu dengan kamera, saya ajak mereka untuk foto bersama atau bisa memperlihatkan video/film yang mendidik.
3.    Ajak mereka berbicara tentang kesehariannya, kapan ia bangun tidur?, kapan belajar?, dan hal lainnya.
4.    Puji mereka dengan motivasi, contoh: “adik akan pintar jika terus hapalan Al-Qur’an”, “jika kita membuang sampah di tempat sampah berarti kita sudah beriman bukan?, kebersihan itu sebagian dari i...man?? pintar sekali!”.

Ini berlaku untuk usia 5-10 tahun kurang lebihnya bersekolah SD. Ini bukanhal yang paten, hanya pengalaman saya yang suka dengan anak-anak dan dunia pendidikan.

Sampai sekarang saya kagum dengan mereka, sudah bisa mengahapal Al-Qur’an looh,,, dengan keterbatasan yang ia miliki. Ada yang sudah hapal 2-4 Juz, mayoritas umur mereka masih kecil loh. Apakabar nih kita yang sudah mau kepala dua atau tiga?. Yuk kita belajar banyak dari mereka. Dan jangan lupa selalu berbagi ya J
Terimakasih


#30DWC Jilid 3
#Day 20




0 komentar:

© Rully nuR Rahim, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena