Something I want, I Must do it!

Minggu, 06 Maret 2016

Cerpen PENA bagian 2

“Hai, Fen. Bagaimana laporan beritanya untuk besok?”

Salah satu teman kerjanya bertanya sembari melihat Fena berjalan terburu-buru melewati dirinya menuju ruang atasan yang menelfonnya pada saat didalam mobil. Kemudian Fena membuka pintu ruangan atasannya tanpa permisi, detik itu pun ia sadar atas kesalahannya dan tertunduk sembari melihat papan nama yang bertuliskan pemimpin harian redaksi dan mengucap maaf karena kelancangannya masuk tanpa permisi.

“Baik, kali ini saya memaafkanmu, karena saya membutuhkan laporanmu untuk besok sesuai rencana kita yang sudah dibuat bersama yang lain”.

Setelah tercengang mendengar omongan dari atasannya itu, ia mulai gemetar dan memohon ijin untuk duduk pada sofa yang berada disampingnya.

“silahkan Fena, sudah berapa hari kau telat dalam laporan?, kau merupakan wartawan terpercaya saya dalam melaksanakan tugas pengumpul berita”

Emosi pada pembicaraan ini sudah terdengar jelas oleh Fena.

“maaf pak, saya ingin mengganti berita”. Fena berkata tegas tapi penuh keraguan.

“apa? Berani sekali kau mengganti yang sudah disepakati Fena!”. Suara pria tua ini menambah intonasinya.

“maaf pak, saya barusan di terror. Saya dihubungi melewati satelit rahasia”.

Fena menjelaskan secara rinci kejadian yang sudah menimpa dirinya sehingga membawa dirinya ketempat ini.

“baik, kita akan mencari tahu siapa yang menembus satelit rahasia kita. Kau Fena! Cepat keruangan IT, laporkan kemereka bahwa satelit rahasia kita telah diketahui”.

“baik pak!” sigap Fena menjawab.

Fena keluar dari ruangan itu, lalu pimpinan harian redaksi menuju jendela yg menembus situasi di luar kantor dengan mengusap embun yang menempel di kaca jendela sembari berkata.

“kau cepat sekali teman…”

Fena berlari kearah lift untuk menuju ke ruangan IT dan bertemu seorang pemuda yang dilihatnya tidak asing baginya memasuki lift yang sama bersama dirinya. Fena berkata dalam hati
“aku pernah melihatnya, tapi…”

Langsung bayangan masa lalunya sedikit terbuka. Bayangan-bayangan itu membuat kepalanya pusing dan tidak mendengar apa-apa disekelilingnya sehingga Fena tersungkur pada lantai lift dan mencoba untuk membangunkan badannya. Pemuda itu mencoba membangunkan Fena tetapi usahanya tidak berhasil, akhirnya ia ….


*to be continued..

0 komentar:

© Rully nuR Rahim, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena