Something I want, I Must do it!

Senin, 11 Juni 2018

Pola asuh orangtua yang bagaimana?


Pola asuh orangtua yang bagaimana?

Banyak cara para orangtua dalam mengasuh buah hatinya. Pada dasarnya setiap anak itu berbeda dan yang mengetahui kebutuhan setiap anak adalah orantuanya. Dalam cara mengasuh anak, setiap orangtua menyesuaikan kebutuhan nutrisi dan masa depan si anak. Ada hal yang tidak boleh terlupakan untuk saya sebagai pengajar di sekolah mengetahui bahwa waktu dan kasih sayang kepada anak itu hal yang lebih penting. Karena hal ini berkaitan sekali dengan tahap perkembangan anak sesuai usia, dari Agama, Afeksi, Kognisi, Bahasa, Fisik, dan Sosial.
Jika keenam kebutuhan itu terpenuhi, anak akan dapat mudah beradaptasi untuk mematangkan aqil dan mempersiapkan balig.

Pola asuh orang tua terhadap anak dalam kacamata saya di sekolah dan sebagai bagian dari anak milenial generasi Y yang lahir antara 1981-1995 ini mulai menyimpulkan bahwa penanaman nilai agama sejak dini perlu diperkuat oleh banyak orangtua. Kedua, orang tua memiliki waktu yang baik untuk anaknya sehingga anak merasakan kedekatan terhadap kedua orangtuanya. Ketiga, jangan sampai anak kehilangan rasa kasih sayang orangtua. Keempat, jangan sampai orientasi orangtua menekan anakya. Ke empat hal ini dirasa cukup sebagai dasar untuk memberikan pijakan terbaik dalam mengelola tumbuh kembang pada anak. Berikut sedikit penjabaran dari saya.

Penanaman nilai agama sejak dini
Dalam Islam, hal yang utama itu jika kita meyakini siapa tuhannya dan siapa rasulnya sudah termasuk ia beriman dalam agama Islam. Hal ini terkandung dalam Rukun Islam yakni; Syahadat, Shalat, Puasa, Zakat, dan pergi Haji bila mampu. Ketika anak lahir banyak diawali dengan suara azan dari ayahnya, harapannya pada adzan di lima waktu ini ada seorang ayah yang mengajak anak laki-lakinya berjamaah. Tapi seorang anak masih tidak tahu mengapa orangtuanya melakukan ini dan itu (re: ibadah). Nah disini ada fungsi orangtua untuk mengenalkan siapa tuhan dan siapa rasulnya. Biasanya respon dari si anak bertanya, “terus Allah ada dimana?” apa yang akan kamu jawab sebagai orangtua?

Jika dari pengalaman yang saya ingat ketika kecil, orangtua saya menjawab “Allah ada di hati kita” ma fii qalbi ghairullah tetapkan hanya Allah yang ada di hati kita. Orangtua yang mengajari huruf hijayah hingga menghafal surat pendek terutama Al-fatihah.

Mengapa Al-fatihah?

Karena Al-fatihah akan dipakai pada setiap shalat sehingga pahala dari setiap bacaannya akan mengalir pahala kepada orangtua yang mengajarinya.

Bagaimana jika anak bisa bukan dari orangtuanya?

Orangtua itu akan kehilangan pahala yang luar biasa dari anaknya, orangtua itu akan kehilangan moment kebersamaan bersama anaknya, orangtua itu tidak merasakan kepuasan batin dari anaknya yang mampu melafalkannya. Karena anaknya bisa karena guru yang mendampinginya, maka guru itu yang akan mendapatkan pahala setiap anak didik melafalkannya.
Dan ini hanya sedikit gambaran orangtua yangtidak mengajari langsung sang anak.

Bagaimana dengan orangtua mengajari menulis?

Sama halnya dengan menulis, ketika orangtua langsung mengajari anaknya menulis, orangtua itu akan mendapatkan pahala di setiap kegiatan menulis anaknya selama umur di dunia. Masya Allah, begitu banyak pahala yang diterima orangtua dari anaknya dengan mudah.

Kegiatan sederhana ini dapat diterapkan di rumah. Pengetahan agama sangat penting bagi setiap anak sebagai amanah orangtua untuk menjadikan setiap anak umat yang baik dan taat. Bukan hanya itu, hal ini bermanfaat untuk ia menjadi pribadi yang berkarakter dan berprinsip di masa dewasa, serta yang paling penting pengetahuan agama ini bisa menjadi modal pahala orangtua yang memiliki anak yang sholeh/sholeha serta membantu medoakan orangtuanya ketika wafat.


BAW days 19

0 komentar:

© Rully nuR Rahim, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena