Something I want, I Must do it!

Minggu, 20 Mei 2018

Persaingan Ketat dan Mudah Menyelesaikan Masalah


Persaingan Ketat

“wah kalau enggak pinter bakalan gak bisa diterima kerja”

Ini salah satu pemikiran ketika saya SMP. Gimana harus bisa melakukan banyak sesuatau, banyak pengalaman, tapi jangan sampe ngecewain orang tua. Nah salah satunya ya dengan belajar serius, sampe bimbel aja cuma kuat tiga bulan, hehehe maklum saya termasuk orang yang tidak bisa belajar teratur atau dibatasi oleh jam. Belajar sesuai dengan keinginan mood, jadi ya tergantung mood sih, hal ini termasuk yang tidak baik loh.

“Trus bagaimana cara mengatur mood kita yang lagi engggak mau belajar tapi besok ada ujian?”
Gimana ya, saya juga cukup sulit untuk menjawabnya. Hanya saja biasa dengan fokus ketika belajar di kelas, maksimalin belajar di kelas. Biasanyakan kalau mood ketika waktu sekolah atau kuliah sudah pasti baik tuh buat belajar, nah manfaatkan deh. Jadi jika malam ujian hanya mengulas dan mereview aja. Walau sayapun masih menjalaninya sulit, namun diniatkan bismillah insya Allah bisa.

Kita tidak terfokus dengan nilai saja sebenarnya. Untuk bersaing kamu perlu memiliki karakter yang sudah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya. Karakter yang meliputi kepercayaan terhadap diri sendiri dan lingkungan, bersosial, ketahanan prinsip dan komitemen, terutama bagaimana kita menjalankan sebagai hamba. Kamu muslim atau muslimah? Yuk kita tetap menjujung tinggi syariat agar tidak goyah dalam zona apapun.

Jika kita bicarakan mengenai persaingan? kata-kata apa yang terlintas di benak kalian?
Pekerjaan? Uang? Jabatan? SBMPTN? Ehhehe yang mau kuliah banget mikir yang terakhir itu ya sepertinya? Sepertinya loh yaa..
Atau persaingan dapetin doi? Uuuuuuu… menakutkan sekali sepertinya jika ada yang berfikir gini. Istigfar ya buk-ibuk, pak-bapak. Ehhe

Semua itu masih urusan dunia guys, kebutuhan akhiratmu bagaimana? Jangan sampai tenggelam karena urusan duniamu.
وَمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ وَإِنَّ الدَّارَ الْآَخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui” (QS Al-Ankabut 64)
Urusan dunia itu penting namun akhirtlah yang utama,
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.” (QS Al-Qashshash 77)
Banyak teman-teman kita yang tidak paham dengan kesibukan-kesibukan yang mereka kerjakan setiap hari. Ada yang jauh dari orangtua hingga orangtuanya meninggal ia tidak bisa melihat jenazah terakhir orantuanya alasan jarak dan wajtu tempuh, ada yang bekerja di perusahaan internasional, pergi kesana kemari meninggalkan keluarga anak dan istrinya dengan mengatasnamakan ini adalah bagian dari kebutuhan keluarga. Boleh, tidak ada yang melarang kita akan bekerja dimana dan bersekolah dimana. Namun kembali lagi kita harus niatkan semua hal itu untuk ibadah, niat karena Allah SWT. Seimbang antara dunia dan akhirat. Jangan sampai kita dzalim pada salah satu anggota keluarga kita disaat kita membutuhkan mereka.
Yang tadinya mau dapet sekolahan atau pekerjaan shalat sunnahnya rajin banget. Eh setelah mendapatkan yang sudah di doakan malah lupa atau enggak sempet ngerjain alasan cape dan keterbatasan waktu yang diberikan perusahaan. Untuk itu, niatkan di awal pencarian dengan apa yang di dapatkan nanti terbaik dan bisa menambah ibadah dan keistiqomahan kita yang sudah berjalan selama masa pencarian dan pengharapan. Insya Allah kalo udah alasannya Allah apa yang dikejar bisa tercapai. Dan jangan lupa di tulis, kertas tulisan kita itu di temple ditembok kamar, gak apa-apa di baca sama orang yang ngeliat terus diketawain, nggak usah malu, gak semuanya yang begitu kok, siapa tau ada yang bantu do’a, dan tiap hari kertasnya diliatin juga di solawatin. Insya Allah.. eh tapi jangan lupa seimbangi dengan logika dan usahamu ya.
Mudah Menyelesaikan Masalah
Perumpamaan kertas putih yang di tuliskan tinta hanya sekedar titik pada tengahnya saja yang terlihat ya hanya titik hitam itu saja. Benar kan? Ya, itu manusiawi.
Tapi kita kembali, jika kita tahu bahwa warna putihnya lebih banyak bagaimana tanggapanmu?
Heran?
Malah itu yang benar.
Kita terbiasa fokus pada titik hitam itu, terlalu fokus sama masalah atau kekurngan kita. Padahal jika kita tahu bahwa warna putih itu lebih banyak, pasti kita akan terus bersyukur.

Nah, barusan itu adalah penglihatan yang anti mainstream. Mulai sekarang kita berlatih untuk membaca ya, selain membaca tulisan atau buku, kita harus terbiasa membaca keadaan dan juga masalah pada diri kamu. Karena membaca bukan sekedar melihat tulisan saja, tapi menonton dan memperhatikan merupakan kegiatan membaca.

Banyak orang yang setiap memiliki masalah ia mengeluh dan tidak menerima keadaan.
“mengapa demikian?”
Karena ia tidak mengenal masalah yang ada pada dirinya, tidak tahu masalah apa yang sedang menimpa dirinya. Akhirnya, bukan memperbaiki diri malah menyalahkan orang lain. Lucu gak sih?

Tidak perlu menjadi pendendam jika dirimu disakiti dan tidak peril menjadi pendengki jika dirimu merasa tidak beruntung. Tolong bersyukurlah, agar setiap langkahmu berdampingan dengan kebahagiaan –Rully Nur Rahim-

Pembahasan masalah yang sulit diselesaikan itu bila kita tidak akui bahwa itu (bisa) berunsur dari diri kita. Tak perlu lihat kanan-kiri bila memang itu terfaktor dari diri kita. Menyalahkan dan berasalan itu sudah menjadi pasangan untuk menunjuk bahwa masalah itu bukan dari diri kita. Coba kalian tengok dulu, apa yang pernah kita perbuat di waktu yang sebelumnya? Jika sudah, ucapkan maaf saja pada dir sendiri dan orang lain yang berkoar. Namun ucapan maaf itu bukan pertanda kau ingkar. Banyak yang harus kita syukurin. Berusaha keluar dari masalahmu, liatin masalahmu, kenalin masalahnya, sambil nunggu surprise apa yang bakalan Allah kasih ke kamu. Tenang, bismillah..

20 Mei 2018
BAW days 4

0 komentar:

© Rully nuR Rahim, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena