Something I want, I Must do it!

Jumat, 18 Mei 2018

Pendidikan Karakter dan Kurikulum Aqil Balig


Pendidikan Karakter dan Kurikulum Aqil Balig

Barusan adalah secuil karakter yang bertempat pada era digital. Masih banyak karakter-karakter lainnya yang tercipta dari kemitraan manusia dan mesin saat ini. Apakah kamu salah satunya? Atau kamu memiliki karakter yang berbeda? Seakarang jika kita bicara soal karakter, apa yang kamu fikirkan? Sikap? Etika? Atau apa?

Menurut KBBI karakter sendiri memiliki arti  sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Namun jika kita tambahkan imbuhan ber- artinya mempunyai tabiat; mempunyai kepribadian; berwatak. Jika bisa diartikan juga dengan sikap seseorang atau kepribadian yang positif. Hal ini sesuai dengan fungsi Pendidikan nasional pada Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 yaitu; mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa; dan tujuan pendidikan nasional untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Implikasi dari Undang-Undang tersebut bahwa, pendidikan di setiap jenjang, termasuk Sekolah Menengah Atas (SMA) harus diselenggarakan secara terprogram dan sistematis mengarah kepada pencapaian tujuan pendidikan nasional.

Impian dari Negara ini begitu baik, kitapun bisa melihat lagi kurikulum aqil baligh yang sudah diterapkan pada salah satu sekolah dasar swasta di Tangerang. Mereka mempercepat Aqil (kematangan berfikir) dan menahan balig (perubahan fisik untuk menjadi remaja). Nah bagaimana jika ada anak yang sudah balig namun aqilnya belum terbentuk? Nah disini masalahnya, akhirnya banyak yang berani untuk melakukan hubungan di luar pernikahan, narkoba, tawuran, dan hal yang buruk lainnya, naudzubillah. Maka pendidikan di sekolah dan di rumah harus seimbang, tidak ada kejomplangan. Di sekolah memiliki program yang baik namun di rumah karena sudah menyerahkan segalanya ke sekolah tidak membuat program apa-apa, atau sebaliknya.

“Guru bagaikan gula yang larut di dalam air. Ia senang anak didiknya cerdas berprestasi. Walau, yang akan pertama ditanyai oleh orang lain adalah siapa orangtuanya? Bukan siapa gurunya?”

Bertahan dalam Kerasnya Pergaulan

Kita kaitkan dengan kurikulum Aqil Balig tadi dalam dunia kehidupan remaja untuk bergaul bersama lingkungannya. Sebelumnya kita selaraskan pemikiran dengan pengertia Aqil dan Balig itu sendiri. Aqil adalah akal pikiran anak menuju dewasa dan Balig adalah kondisi fisik anak yang ditandai dengan menstruasi untuk anak perempuan dan mimpi basah yang dirasakan oleh anak laki-laki.

“Mengapa disebut dengan dewasa tidak remaja?”

Karena dalam islam tidak mengenal kata remaja, itu untuk menimbulkan rasa percaya diri dan kemuliaan dalam jiwa anak-anak muslim. Terbukti Rasulullah di usia 20 tahun beliau sudah dipercaya untuk memegang harta orang lain. Muhammad Al Fatih, usia 22 Tahun sudah menakhlukan Konstatinopel, ibkota kekaisaran Bizaitun para pemimpin senior kala itu.  Abdurrahman An Nashr, usia 21 tahun , hidup di masa keemasan di bawah pemerintahan Andalusia, telah melewati berbagai guncangan dan membangkitkan ilmu di wilayah An Nazhr, sehingga wilayah tersebut menjadi Negara terkuat di masanya dan ia didekati para penguasa Eropa. Itab bin Usaid dijadikan gubernur Makkah oleh Rasulullah SAW pada usia 17 tahun. Dan terakhir diantara banyak khalifah  ada Mu’adz bin Amr bin Jumuh (13 tahun) dan Mu’awwidz bin afra(14 tahun), keduanya adalah pemuda yang telah membunuh Abu Jahal, pemimpin orang-orang musyrik pada perang badar.

“Dan sekarang kamu usianya sudah berapa? Apa yang sudah kamu lakukan untuk orang lain?”
Hal ini adalah pertanyaan berat bagi kita semua pastinya. Hidup di akhir zaman,  hidup pada zaman fitnah. Memilik teman untuk bergaul perlu banyak yang diperhatikan.

“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyakwangi darinya. Dan kalupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkai tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” –HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628-


18 Mei 2018
2 halaman

0 komentar:

© Rully nuR Rahim, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena