Something I want, I Must do it!

Sabtu, 10 Juni 2017

Kacang Kedelai Mencari Ibu

“Aku sebal menjadi kacang kedelai! sudah kecil, hitam, hidupku di dalam tanah, tak ada yang dibanggakan. Ditambah, memiliki kakak yang banyak, duh ibukupun sudah lemah dan sakit-sakitan. Aku ingin bermain bebas, tidak ingin berada di rumah terus untuk menemani ibu yang sakit ini!”

Kemudian kacang kedelai pun keluar dari rumah dan berniat untuk mencari sosok ibu tangguh yang ia inginkan. Ia berjalan melewati gunung dan sungai untuk menemukan sosok ibu yang ia inginkan. Ketika ia telah melewati gunung dan sungai, tiba-tiba ia melihat ada barisan tanaman padi yang membuat ia terpesona akan cantik putihnya.

Kedelai bertanya, “Hai, namamu anak padi ya? Apakah aku boleh bertanya? Dimana ibumu?”

Anak padi menjawab, “Hai adik kedelai, ada apa kamu kesini untuk mencari ibuku?”

“Aku ingin sekali bertanya pada ibumu.” Kedelai pasrah

“Ada apa nak kau mencariku?” tiba-tiba langsung dijawab oleh ibu padi

“Aku melihat dirimu begitu kuat, cerah, dan hebat. Apakah aku bisa mejadi anakmu?” kedelai meminta

“Hai anakku kedelai, aku bisa saja jatuh ketika sudah banyak anak-anakku yang lahir dan dewasa. Tidak seperti jagung di seberang sana, ia tangguh dan memiliki warna kuning seperti matahari yang membuat sehat diri kita.” Ibu padi menasihati

Kedelai kecewa, “baik ibu pagi aku akan ke ibu jagung untuk menanyakan ini”

Kemudia kedelai dengan susah payang berjalan di atas lumpur dan luasnya ladang, akhirnya ia sampai pada ladang jagung yang berdiri kokok di bawah teriknya matahari.

“Ibu jagung, aku kedelai. Apakah kamu bersedia menjadi ibuku? Karena yang aku tau kamu tidak akan jatuh jika anak-anakmu lahir dan tumbuh dewasa.” Kedelai memohon

“Hai anakku, aku bisa jatuh dan terluka jika tidak ada yang menjagaku dan anak-anakku di ladang ini, karena banyak kumpulan burung liar yang berani memakan anak-anakku, bahkan aku sempat di makan oleh sekumpulan burung liar itu.” Ibu Jagung menjawab ketidakberkenaan

“Wah burung-burung itu hebat sekali ya bisa terbang, aku akan terbang jika akan bersamanya ya kan Ibu Jagung?” kedelai langsung berlari tanpa mendengar penjelasan dari ibu jagung.
(suara burung liar)

Tiba-tiba salah satu burung liar tersebut melihat kedelai sedang berjalan ke arahnya dengan tatapan lapar, dan sempat terfikir ingin memakan kedelai tersebut, tetapi kedelai itu langsung menyodorkan pertanyaan, “hai burung, apakah engkau bersedia menjadi ibuku? Karena yang aku tahu kau bisa terbang dan mengajak aku sebagai anakmu nanti untuk belajar terbang.”

Tatapan burung liar itu semakin aneh mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh kedelai, “apakah engkau tidak salah bicara kedelai? Aku mungkin bisa saja memangsamu sekarang.”

“aku mohon untuk menjadi anakmu ibu burung”, kedelai memohon

“aku tidak sekuat yang kau kira kedelai, aku bisa saja tidak akan terbang lagi karena sayapku patah karena bertarung merebutkan makanan dengan ayam yang ada di daratan.”

Kembali kedelai langsung mencari sesosok ibu ayam yang bersedia mengadopsinya sebagai anak.

Tiba-tiba kedelai masuk pada perkampungan ayam, dan kemudia ia di kejar oleh anak ayam.

“hai berenti jangan kau terus mengejarku, aku kesini hanya ingin bertemu dengan induk ayam!, aku ingin sekali menjadi saudaramu, menjadi kakakmu.”

Kedelai berbicara sambil berlari karena dikejar oleh anak ayam, lalu anak ayam tersebut berhenti untuk megejarnya.

“apa? Kau tidak salah ingin menjadi saudaraku?” tanya anak ayam

Dari kejauhan induk ayam mendengar percekcokan mereka berdua, “hai kedelai, apa yang kamu bicarakan? Berani sekali kamu datag dikampung kami? tujuanmu apa?”

“aku ingin mencari sosok seorang ibu disini, yang bisa menemaniku main, memiliki bada besar, dan selalu menang dalam berkelahi” kedelai pun memohon

“aku tidak akan bisa menjadi ibumu, aku juga tidak bisa menang selalu. Yang aku fikirkan yaitu tentang kebermanfaatan dagingku. Makanya aku selalu mencari makanan yang baik untukku dan anak-anaku. Namun, aku selalu kalah dengan daging sapi yang besar, juga banyak dicari orang. Daging sapi pun selalu muncul ketika Hari Raya,” jelas Induk ayam.

Lagi-lagi tanpa pamit kedelai langsung mencari peternkan sapi. Kedelai tidak megenal lelah dalam pencariannya tersebut. Kemudian ia sampai di peternakan sapi.

Kedelai bertanya kepada sapi, “Hai Sapi, kau begitu besar dan dagingmu sangat berguna. Terlihat juga memiliki susu yang sehat untuk anak-anakmu. Aku ingin menjadi anakmu, apakah boleh?”

“apa? Kau ingin menjadi anakku?,” sapi heran

“benar aku ingin menjadi anakmu”  jawab kedelai

“aku ini akan tidak berguna ketika ada anak bayi yang alergi dengan susuku!, aku pasti kalah dengan susu yang terbuat dari warga kedelai yang berada di balik sungai dan gunung disana!, jika aku matipun dagingku kalah dengan kedelai yang dikelola menjadi tempe yang terbuat dari warga kedelai dibalik sungai sana!, apakah kamu tau? tempe atas pengelolaan kedelai disanapun sudah kemana-mana, ke luar kota bahkan ke luar negara!, aku? Hanya bisa berada di kota-kota sekitar sini saja! Aku ingin sekali hidup dan matiku berguna seperti kedelai-kedelai di balik gunung sana. Apalagi kedelai disanapun bisa dibuat kecap yang menjadi khas Kota ini, Tangerang” jelas Ibu Sapi

Kemudian tanpa memikir panjang kedelaipun langsung berlari pulang sambil mengeluarkan air mata karena mengingat ibu dan kakak-kakaknya di rumah. Harapannya ibu dan kakaknya masih hidup. Dengan cepat ia berlari melewati gedung-gedung tinggi, kemudian ia sampai dibantaran sungai dan akhirnya ia sampai di gunung, lalu ia berhasil untuk melewati gunung yang menjulang tinggi. hingga akhirnya ia melihat ibu dan kakaknya yang berada di dalam karung yang siap mengangkut diri mereka untuk dikelola.

Akhirnya kedelai menangis dan langsung mendekati ibu dan kakak-kakaknya dengan mengucapkan maaf dan selamat tinggal.


 #30DWCJilid6 #squad6 #day25


Kecap Benteng adalah ciri khas dari Kota Tangerang yang lahir sejak tahun 1920. Pembuatan kecap Benteng SH ini terletak 1 kilmeter dari daerah Pasar Lama Kota Tangerang tepatnya di jalan Saham RT 05/06 Kelurahan Sukasari. Pengelolaan kecap ini di pegang turun temurun dari generasi ke generasi. Sekarang ini sudah berada di generasi ke empat, yakni di pegang oleh Bapak Latief Sukaryadi.

Selain kecap ada makanan khas Kota Tangerang yaitu Laksa yang menjadi bagian penting itu adalah mie kuning kemudia diberikan kuah dengan bumbu salah satunya pencampuran kari dan santan. hem,, sungguh lezat jika dimakan dengan telur ayam ataupun daging ayam

0 komentar:

© Rully nuR Rahim, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena