Something I want, I Must do it!

Senin, 12 Juni 2017

Aku Ingin ke Kota (part 1)

“Terkadang ketika kita baru niat untuk menginginkan sesuatu, Allah mengabulkan yang baru niat saja itu gampang sekali ya amak, tapi kalau do’a yang sudah berhari-hari kita pinta kok susaaaah kayanya lamaaaa banget ya dikabulkannya?” keluh Tradi (adik) sambil memijat kaki Amaknya (ibu).

“Ya itu namanya kita diminta sabar Tradi, Amak yo kepingin duo amak dikabulkan. Jangan sampai kaya Peranggamu (Kakak) itu, dikit-dikit ngeluh sama kerjaannya. ” Pasrah amak yang sedang terbaring di tempat tidur.

Kemudian Amak dan Tradi tenggelam pada heningnya malam di suatu desa Sasak Sade, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Mereka saling menumpahkan lelah di atas tempat tidur yang terbuat dari bambu hingga terbenamnya gelap.

Amak aku ingin ke Kota,bujuk Tradi.
“Silahkan nak, sekalian beli kotoran kerbau untuk lantai rumah kita ini ya,” pinta Amak.

(Tradisi Suku Sasak Sade memang terbiasa menggunakan pupuk kerbau untuk mengepel lantai rumahnya. Tradisi ini dijaga turun temurun oleh warga Sasak Sade dan dipercaya selain untuk membersihkan lantai dari debu kemudian membuat latai terasa halus dan lebih kuat, masyarkat setempat percaya bahwa kotoran kerbau tersebut dapat mengusir serangga sekaligus menangkal serangan magis yang ditujukan pada penghuni rumah)

“Bukan ke Lombok Amak, tapi ke Jakarta” pinta Tradi.

“Nak bukan Amak menolak, kamu mau apa dan dengan siapa pula kamu kesana? apa kamu punya uang untuk pergi kesana Tradi?” Amak kemudian berubah posisi sambil terisak tangis dengan yang tadinya posisi berbaring menjadi duduk setelah mendengar Tradi berkeinginan untuk pergi ke Jakarta.

“Amak bisa saja menjual sawah beberapa meter untuk uang saku Tradi” paksa Tradi.

Lalu Tradi keluar dari kamar Amak sambil mendobrak pintu, kemudian ia membereskan semua barang miliknya untuk keperluan ke Jakarta. Tradi nekat untuk pergi ke Jakarta.

“Amak, Tradi Pamit dan doakan Tradi sampai ke Jakarta dan Pulang kembali bertemu Amak dan Perangga,” ia sambil mengambil tangan Amak untuk diciumnya sebagai tanda permintaan Ridha kepada amaknya.

“Assalamualaikum Amak”

Amak menangis, “Wa’alaikumsalam Tradi bungsuku.”

radi berjalan bersama tas perbekalannya yang lusuh untuk mencapai mimpinya hingga tiba di Jakarta. Ia selalu menolehkan kepalanya untuk mencari tumpangan walau lelah badannya tidak terasa.

Sesampainya Tradi ke pelabuhan Lembar, Lombok, ia heran banyak anak-anak seumurannya lompat ke laut tepian pelabuhan. Tradi pun mengamati anak-anak disekitarnya dan bertanya  ke dalam dirinya, “untuk apa mereka berenang?” kemudian Tradi dapat menjawab pertanyaannya, “waw ia mendapatkan uang.”

Tradi langsung melepaskan pakaiannya untuk berenang bersama anak-anak dermaga. Ia mendapatkan uang lima puluh ribu rupiah dari pengunjung yang datang dari kapal pelabuhan Padang Bai, Bali dengan waktu semalaman.

Setelah mendapatkan uang Tradi membeli tiket untuk melewati selat Lombok. Sekitar enam jam perjalanan Tradi sampai di Bali untuk menuju arah ke pulau Jawa, ia pun tidak lupa membawa peta di tangannya.

Susah sekali perjalanan di Pulau Bali, karena buat dirinya susah untuk mencari masjid disana. Tradi tidak lupa untuk shalat 5 waktu dalam perjalanannya. Ia tidak berasalan untuk tidak melaksanakan ibadahnya walau ia tahu pakaiannya hanya kotor tapi tidak bernajis. Sampai-sampai ketika ia shalat ada seekor anjing yang mendekatinya yang sedang beribadah dengan beralaskan koran yang ia dapatkan dari pemberian orang yang sebelumnya mengerjakan shalat. Lalu Tradi berdecik heran dengan banyak anjing di wilayah Legian yang terkenal dengan Monumen Grand Zero Bali  atau Monumen Bom Bali untuk mengenang 12 Oktober 2012.

“Disini anjing seperti kucing, banyak sekali berkeliaran bebas.” Gerutu Tradi dalam hati.

kreeeseeeekk...

Suara tumpukan makanan yang dihiasi dengan daun pisang dan janur kuning yang berada di pinggir jalan yang Tradi lewati dengan tidak sengaja ia tumpahkan. Kemudian tradi bereskan kembali tumpukan itu ketempat semula.

Tidak jauh dari sana Tradi mendapat tumpangan truk menuju Pulau Jawa, yaitu kota pertama yang akan ia pijaki adalah Banyuwangi. Disini rencana Tradi tidak berjalan mulus ia tertidur di muatan truk kemudian setelah ia terbangun, ia menyadari bahwa peta yang ia bawanya tertinggal di tempat shalat terakhir kali di Legian, Kuta, Bali.

Sesampai di Blambangan yang biasa kita tahu yaitu Banywangi, ia melihat pertunjukan Pawai Budaya Banyuwangi, dengan banyak kostum bunga besar yang dibawa oleh para laki-laki gemulai hingga pemeran kebo-keboan. Kebo-keboan itu digunakan untuk upacara adat yang digunakan untuk mengusir penyakit dan ucapan rasa syukur kepada Dewi Sri atas rejeki yang diberikan.

Tobe continue

#30DWCJilid6 #Squad6 #day27


0 komentar:

© Rully nuR Rahim, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena