Something I want, I Must do it!

Rabu, 14 Juni 2017

I Love Tangerang

“Aku seperti tidak memiliki siapa-siapa, tapi dengan keberadaanku di sini diriku memiliki jiwa.”

Rey seorang peranakan China Benteng yang sedang berada di pemakaman Masjid Kali Pasir, Kota Tangerang. Disana terdapat  11 makam tertua di mana tiga makam merupakan keturunan raja Padjajaran, sementara enam lainnya merupakan keturunan raja Sumedang dari Pangeran Geusan Ulun. Ada juga juga salah satu makam di sana merupakan makam Sultan Agung Tirtayasa yaitu Nyi Raden Urianegara.

Ia terbiasa untuk berziarah ke sana semenjak ia menjadi mu’alaf. Ia selalu bertekat untuk menjaga budaya keluarga yang notabene berkulit sawo matang dan bermata sipit sebagai bagian dari peranakan Tionghoa China Benteng.

“Hari ini ada acara di Sungai Cisadane untuk lomba perahu naga bu,” ijin Rey kepada ibunya.

“Baik hati-hati ya nak.” Ibu mengijinkan sambil melihat Rey yang sedang bersiap-siap memakai pakaian adat berupa baju koko hitam dan celana panjang, dengan topi yang khas yang mirip dengan caping. Sedangkankan adiknya sedang memakai pakaian adat wanita yang dinamakan hwa kun, yang berupa blus dan bawahan lengkap dengan hiasan kepala serta tirai penutup wajah. Kemudian ibunya menggunakan kebaya encim khas Tionghoa, dengan aksen kembang goyang sebagai hiasan kepala, yang menunjukkan pengaruh Betawi dalam pakaian tersebut.

Sesampai di Sungai Cisadane sebagai pengairan terbesar di Kota yang luasnya kurang lebih 184,24 KM2 ini, Rey bertemu teman-teman kelompoknya yang juga menggunakan pakaian khas China Benteng yang sebelumnya sebahyang di Boen Tek Bio sebagai kelenteng tertua di Kota ini. Tradisi lomba perahu naga ini termasuk bagian dari perayaan Prh Cun, yang merupakan salah satu tradisi tertua di Indonesia, karena sudah ada sejak 1910.

Waktu pertandingan telah dimulai, Rey dan timnya mendayung perahu naga hingga menuju garis finish, dan keseruan penonton dalam mendukung masing-masing tim sangat terasa dalam suasana sore hari di wilayah pintu air 10 sebagai tempat bersejarah yang di lestarikan.

Rey dan teman-teman satu kelompok yang berjumlah 10 orang tersebut mendayung perahu naga berwarna coklat tua dengan semangat dan penuh ambisi kemenangan. Hingga akhirnya sang penyentuh garis finish pertama berada di tangan kelompok lain dengan nomor peserta 044, kemudian Rey beserta teman kelompoknya berada di peringkat ke-dua.

Sorak penonton sangat gaung sekali dengan musik dan boneka barongsai yang mengiringinya.
Rey disambut oleh Ibu dan adiknya, mereka melepas bangga dengan memeluk Rey walau ia hanya juara kedua. Baju Rey basah kuyup akibat tampias air dayung yang ia lakukan dengan teman-temannya. Lalu ia lepaskan pakaian bagian atasnya untuk kegiatan keramas bersama di Sungai Cisadane.

Keramas di Sungai ini menjadi kegiatan rutin pula pada setiap tahunnya yang dilakukan oleh warga kampung Babakan. Mereka melakukan untuk menjaga kebudayaan untuk menyambut bulan suci Ramadhan untuk warga muslim.


Petang muncul dengan penumbra yang menjadi cirikhasnya. Semua kegiatan berhenti untuk memenuhi panggilanNya. Rey, Ibu, dan adiknya kembali ke rumah untuk membersihkan kotoran yang melekat di tubuhnya serta melanjutkan untuk kegiatan tarawih bersama di Masjid bersejarah Kali Pasir Kota Tangerang.

#30DWCJilid6 #Squad6 #day29

0 komentar:

© Rully nuR Rahim, AllRightsReserved.

Designed by ScreenWritersArena