Ehem.. pencintraan dulu
ahhaha
Coba tebak saat itu saya
dimana?
Masih di Pulau Jawa atau
luar Pulau Jawa?
Wah.. ada yang jawabannya
benar ada juga yang belum nih.
Jengg... jengg...
Saya ada di Singosari,
Malang, Jawa Timur looh. Tepatnya disana saya bersama teman-teman Volunteer
mencoba untuk bermain bersama Pondok Pesantren Yatim dan Du’afa Al-Ikhlas,
sudah ada yang tahu atau yang pernah kesana?
Adik-adik di Pondok
Pesantren (PP) berjumlah kurang lebih 70 orang. Kebetulan kami mendapat
kesempatan untuk melihat dan bermain bersama dengan adik-adik Ikhwannya, untuk
yang Akhwatnya lain kali kita bisa main ya?
Pertama kali saya tahu
ada acara Visit Pondok ini saya tidak sampai berfikir 2 kali untuk ikut serta.
Yaps, langsung daftar saja walau memikirkan tempat dan kesibukan saya yang
waktu itu sedang nganggur banget dikosan. Hahhahha.
Walau niat awal saya itu
untuk mengisi waktu luang, tapi sebenarnya bukan hanya itu melainkan saya ingin
tahu bagaimana sih suasana Pondok Pesantren itu. Karena dulu saya sebenarnya
pengen banget untuk masuk ke Pondok Pesantren, tapi ya~ belum dapet ijin dari
ortu. Mungkin lebih khawatir saja kali ya anak lulus SD yang masih manjah ingin
hidup sendiri. Eaaa...
Oke next ke acara ketjeeh
dari Sahabat Pelajar Jawa Timur ini. Ternyata Visit Pondok 2016 adalah acara
pertama yang mereka adakan dan kami volunteer menjadi angkatan pertama.
Alhamdulillah, InsyaAllah akan terus ada Visit Pondok, Visit Pondok seterusnya
aamiin.
Ayo kita dukung acara
yang sangat bermanfaat ini, selain kita mengenal banyak teman, kita juga akan
mendapat ilmu dari adik-adik mandiri yang datang dari seluruh Indonesia.
Adik-adik yang berada di PPAD Al-Ikhlas ini mayoritas dari wilayah Indonesia
bagian barat.
Bisa disangka tidak, anak
usia SD bahkan TK dan Playgroub disana sudah hidup tanpa orang tua?, bisa
bayangin tidak jika kita berada diposisi mereka?, sedih, sangat sedih bagi
saya, bahkan sudah ketahap miris untuk melihat mereka. Walau, tidak separah apa
yang dirasakan oleh adik-adik di wilayah perang saudara.
“Ibu, ibu kita main SOS saja yu!”.
Ketika itu saya dipanggil
ibu oleh adik-adik kelompok 3 yang saya pegang.
Saya tidak langsung
menoleh ketika itu, tapi saya menahan air mata saya untuk tidak menangis dihadapan
mereka. Kemudian, saya hanya jawab,
“Dek, jangan panggil ibu ya, panggil kakak saja”.
Disaat itu saya hanya berusaha
senyum kepada mereka, tapi saya selalu teringat kalau mereka ini tidak memiliki
seorang ibu, tidak pernah tau gimana rasanya disayangi oleh seorang ibu,
sungguh kuat sekali hati mereka bukan?. Mereka hanya tau sosok seorang Ustad
(ayah), bisa dibayangkan bukan?
Kemudian dari Volunteer
memiliki jam untuk berbagi ilmu untuk membersihkan diri. Cara mandi, menggosok
gigi, ganti pakaian, dan ilmu kebersihan badan dari awal bangun tidur hingga
mau tidur.
Di sela-sela saya
mengawasi adik-adik kelompok 3 praktik membersihkan diri salah tunya dengan
menggosok gigi, dari mereka ada yang mengeluarkan darah, uh sungguh menyedihkan
bagi saya untuk melihat itu. Namun ditambah ada dari mereka yang tidak memiliki
sikat gigi, ya Allah saya bingung untuk mengatasi keluhannya. Karena saya tahu
untuk kita membeli keperluan makan pun harus memilki waktu yang tidak sebentar,
bagaimana dengan membeli sikat gigi?. Bukan dari panitia atau volunteer yang
tidak menyiapkan, tapi informasi dan persiapan kita terbatas. Akhirnya, salah
satu panitia ada yang membeli sikat gigi untuk adik yang berada di kelompok
saya, namun setelah sikat gigi itu terbeli sayapun lupa untuk memberikan kepada
adik satu itu. Ya Allah sungguh penyesalan itu saya bawa sampai sekarang. Saya
ingat adik itu, ini
Lalu ketika saya asyik
bermain bersama mereka, saya melihat ada disalah satu telinga adik dikelompok
saya yang memiliki luka dikupingnya. Luka itu berupa seperti darah dan nanah,
uh saya hanya bisa bertanya, “dek, ada
apa dengan telingamu?”. Dijawab oleh teman-temannnya, “telinganya sakit kak, dia suka menangis kalau malam”. | “Kenapa tidak bilang oleh Ustad?” | “sudah kak, tapi dia tidak mau minum obat”. (dengan
logat timur mereka)
Saya hanya bisa berdoa,
hati saya sungguh tak kuasa bertanya lebih dalam.
“oke deh, kita ingin main apa lagi?”, lanjut saya.
ketika pemberian materi ada yang tetidur
Pada sesi Outbond, saya
menemukan adik-adik yang malu dan tidak mau bergabung dengan kami. Karena
mereka tidak biasa melihat wanita selain ibu yang memasak makanan dan ibu yang
mencuci pakaian mereka. Alhasil, saya memancing mereka untuk bermain dengan
membawa balon yang saya bawa.
Saya membujuk satu demi
satu. Ada yang merespon
Saya tidak memiliki kelompok kak (saya jawab, masuk ke kelompok kakak ya, kelompok
3)
Saya kakinya lagi sakit kak (ini alasan yang dipakai karena salah satu dari
mereka malu)
Ada yang merespon dengan
lari hingga mengumpat jika saya hampiri. Dan sayapun ikutan mengejar mereka
sampai gudang dan kamar mereka. Perjuangan
Sampai ada yang tidak mau
menjawab pertanyaan saya karena ia telah baligh, jadi ia malu dengan kehadiran
saya. MasyaAllah.. ia sangat menghormati saya saat itu.
Dan akhirnya saya
memiliki adik asuh segini..
Yang awalnya hanya
segini..
Yeaayyy,, sungguh
menyenangkan sekali bersama mereka. Kita juga membuat tempat alat tulis yang
mudah dibuat hanya memakau kardus bekas.
I LOVE CHILDREN
I LOVE CHILDREN
I LOVE CHILDREN
SAYA SANGAT SUKA
ANAK-ANAK DAN CINTA DENGAN DUNIANYA.
Sedikit tips nih jika
readers ingin menjadi Volunteer untuk menghibur mereka mendekatinya seperti
apa,
1.
Menyukai
dunia mereka, contoh: jika ia suka bermain bola, coba saja ajak ia bermain bola
atau jika di ruangan buat gulungan kertas yang menyerupai bola lalu mainkan
dengan tangan.
2.
Saya pernah
tau jika mendekati anak-anak di jaman sekarang itu dengan kamera, saya ajak
mereka untuk foto bersama atau bisa memperlihatkan video/film yang mendidik.
3.
Ajak mereka berbicara
tentang kesehariannya, kapan ia bangun tidur?, kapan belajar?, dan hal lainnya.
4.
Puji mereka
dengan motivasi, contoh: “adik akan
pintar jika terus hapalan Al-Qur’an”, “jika kita membuang sampah di tempat
sampah berarti kita sudah beriman bukan?, kebersihan itu sebagian dari
i...man?? pintar sekali!”.
Ini berlaku untuk usia
5-10 tahun kurang lebihnya bersekolah SD. Ini bukanhal yang paten, hanya
pengalaman saya yang suka dengan anak-anak dan dunia pendidikan.
Sampai sekarang saya
kagum dengan mereka, sudah bisa mengahapal Al-Qur’an looh,,, dengan
keterbatasan yang ia miliki. Ada yang sudah hapal 2-4 Juz, mayoritas umur
mereka masih kecil loh. Apakabar nih kita yang sudah mau kepala dua atau tiga?.
Yuk kita belajar banyak dari mereka. Dan jangan lupa selalu berbagi ya J
Terimakasih
#30DWC Jilid 3
#Day 20
0 komentar:
Posting Komentar