“Adik-adik ayo kita main
ABC lima dasar ya, ayo siapa tau nama hewan yang huruf depannya N?”
Kemudian mereka diam
untuk memikirkan pertanyaan dari saya, alhasil mereka tidak bisa menjawab.
“ndak tau Kak, apa Kak
kasih tau!” seru mereka bersamaan.
Saya dan Kak Fiya
menjawab, “Nyaamuuukkk...”
Mereka kesal, menurut
mereka bukan nyamuk jawabannya.
“Nyamuk itu depannya eny
Kak”.
Saya menjelaskan, “loh
iya, eny itu depannya N kan? Kemudian ditambah ada Y nya.”
Ada satu adik laki-laki
disana bilang, “eny itu depannya E Kak”.
Saya dengan Kak Fiya
tidak bisa menahan tawa dan alhamdulillah dapat diabadikan.
MI Tarbiyatul Ulum
Sumberkerto, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang. Disana mereka menempuh
pendidikan dengan fasilitas yang terbilang masih harus diperbaiki. Akses mereka
ke sekolah saja ada yang harus menempuh perjalanan minimal 45 menit, jalan yang
mereka lewatipun tidak mudah berlumpur, licin, dan menjulang.
Hari itu 1000 Guru di
seluruh Indonesia serentak untuk memperingati
Hari Pendidikan Nasional sehingga saya bersama teman-teman volunteer yang digawangi oleh Kak Reno
sebagai ketua 1000 Guru Malang, saat itu memiliki visi dan misi bersama untuk
berbagi ilmu dan bermain bersama adik-adik yang berada di sekolah tersebut.
Kebetulan kami tidak memiliki tujuan apa-apa selain merasakan bahagia bersama.
Kadang banyak orang yang
tidak paham dengan kami yang selalu melakukan kegiatan ini. Kami tidak punya
alasan mengapa, tapi kami punya alasan untuk bertahan yaitu jika kamu telah
membaca kalimat ini.
“Beri kami 1000 Guru,
jangan beri kami 1000 bangunan tanpa Guru” -1000 Guru-
Di sekolah tersebut
memiliki siswa dari TK sampai kelas 6 SD, masing-masing kelas tersebut hanya berjumlah
satu kelas saja. Saya bersama Kak Ruri, Kak Disi, Kak Oscar, dan Kak Irma
diberi tugas untuk memberikan materi mengenai Tekhnologi di kelas V. Kami
mengajari mengetik, bermain Teka Teki Silang, sampai bernyanyi.
Menjadi petugas upacara untuk mengibarkan bendera (feeling so lucky) |
Kegiatan untuk menyikat gigi bersama |
Keseruan mereka belajar menggosok gigi |
Sesi pendekatan dengan dua adik ini (maaf saya lupa namanya) yang telah memilih saya sebagai kakak angkatnya (ciyeeh) |
Selesai di kelas selajutnya saya menjadi apoteker dadakan (tenang sudah terlatih kok, pelatihnya ada di samping saya. Yaps Kak Ruri hihihi). Ada kegiatan pengobatan gratis untuk para orangtua. Mayoritas penduduk disana mayoritas berbahasa Madura, sehingga saya dengan Kak Ruri memiliki translator terbaik (wihihihi). Kak.... (maaf aku lupa namanya, maaf Kak)
Di lain tempat siswa
kelas V tetap berlatih bersama Kakak – Kakak volunteer untuk penampilan pentas
seni nanti malam.
Kakak volunteer yang lain pun kerja bakti untuk membersihkan sekolah tersebut |
Malam harinya semua siswa
dari kelas 1 sampai kelas 6 berpentas seni dengan lagu “Terimakasih Guruku”. Mereka
menampilan keahlian yang bermacam-macam salah satunya mayoritas dari mereka
memiliki keahlian Pencak Silat. Penampilan dari masing-masing kelas dilombakan
hingga siswa-i kelas 2 menyabet juara 1.
Atraksi Pencak Silat dari kelas VI |
Kebahagiaan adik-adik Kelas II |
Keesokan harinya kami
berpamitan dengan siswa/i serta guru dan masyarakat sekitar MI Tarbiyatul Ulum dan
ternyata banyak dari adik-adik yang menangis atas perpisahan kami kembali untuk
beraktivitas sehari-hari. Selanjutnya kami volunteer dan kakak pengurus 1000
Guru Malang menghabiskan waktu di Pantai Pulodoro.
kesediahan mereka dengan terurai air mata |
Disaat itu saya merasa ada genggaman tanganmu yang selalu menjagaku selalu (ngayal-maksa, hahhaha) |
Begitulah pengalaman saya
menjadi volunteer 1000 Guru Malang, tidak bisa banyak berkata-kata walau lelah
tidak masalah. Jika ada kesempatan lagi untuk ikut, pasti saya akan kembali mengemban
senyum untuk adik-adik dipelosok negeri. Aamiin.
#30DWCJilid3
#day25
0 komentar:
Posting Komentar