Persaingan Ketat
“wah kalau enggak pinter bakalan gak bisa diterima
kerja”
Ini
salah satu pemikiran ketika saya SMP. Gimana harus bisa melakukan banyak
sesuatau, banyak pengalaman, tapi jangan sampe ngecewain orang tua. Nah salah satunya
ya dengan belajar serius, sampe bimbel aja cuma kuat tiga bulan, hehehe maklum
saya termasuk orang yang tidak bisa belajar teratur atau dibatasi oleh jam. Belajar
sesuai dengan keinginan mood, jadi ya tergantung mood sih, hal ini termasuk
yang tidak baik loh.
“Trus bagaimana cara mengatur mood kita yang lagi
engggak mau belajar tapi besok ada ujian?”
Gimana
ya, saya juga cukup sulit untuk menjawabnya. Hanya saja biasa dengan fokus ketika
belajar di kelas, maksimalin belajar di kelas. Biasanyakan kalau mood ketika
waktu sekolah atau kuliah sudah pasti baik tuh buat belajar, nah manfaatkan deh.
Jadi jika malam ujian hanya mengulas dan mereview aja. Walau sayapun masih
menjalaninya sulit, namun diniatkan bismillah insya Allah bisa.
Kita
tidak terfokus dengan nilai saja sebenarnya. Untuk bersaing kamu perlu memiliki
karakter yang sudah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya. Karakter yang
meliputi kepercayaan terhadap diri sendiri dan lingkungan, bersosial, ketahanan
prinsip dan komitemen, terutama bagaimana kita menjalankan sebagai hamba. Kamu muslim
atau muslimah? Yuk kita tetap menjujung tinggi syariat agar tidak goyah dalam
zona apapun.
Jika
kita bicarakan mengenai persaingan? kata-kata apa yang terlintas di benak
kalian?
Pekerjaan?
Uang? Jabatan? SBMPTN? Ehhehe yang mau kuliah banget mikir yang terakhir itu ya
sepertinya? Sepertinya loh yaa..
Atau
persaingan dapetin doi? Uuuuuuu… menakutkan sekali sepertinya jika ada yang
berfikir gini. Istigfar ya buk-ibuk, pak-bapak. Ehhe
Semua
itu masih urusan dunia guys,
kebutuhan akhiratmu bagaimana? Jangan sampai tenggelam karena urusan duniamu.
وَمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ
وَإِنَّ الدَّارَ الْآَخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda
gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan,
kalau mereka mengetahui” (QS Al-Ankabut 64)
Urusan
dunia itu penting namun akhirtlah yang utama,
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
“Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.” (QS Al-Qashshash 77)
Banyak teman-teman
kita yang tidak paham dengan kesibukan-kesibukan yang mereka kerjakan setiap
hari. Ada yang jauh dari orangtua hingga orangtuanya meninggal ia tidak bisa
melihat jenazah terakhir orantuanya alasan jarak dan wajtu tempuh, ada yang
bekerja di perusahaan internasional, pergi kesana kemari meninggalkan keluarga
anak dan istrinya dengan mengatasnamakan ini adalah bagian dari kebutuhan
keluarga. Boleh, tidak ada yang melarang kita akan bekerja dimana dan bersekolah
dimana. Namun kembali lagi kita harus niatkan semua hal itu untuk ibadah, niat
karena Allah SWT. Seimbang antara dunia dan akhirat. Jangan sampai kita dzalim
pada salah satu anggota keluarga kita disaat kita membutuhkan mereka.
Yang tadinya mau dapet
sekolahan atau pekerjaan shalat sunnahnya rajin banget. Eh setelah mendapatkan
yang sudah di doakan malah lupa atau enggak sempet ngerjain alasan cape dan
keterbatasan waktu yang diberikan perusahaan. Untuk itu, niatkan di awal
pencarian dengan apa yang di dapatkan nanti terbaik dan bisa menambah ibadah dan
keistiqomahan kita yang sudah berjalan selama masa pencarian dan pengharapan.
Insya Allah kalo udah alasannya Allah apa yang dikejar bisa tercapai. Dan jangan
lupa di tulis, kertas tulisan kita itu di temple ditembok kamar, gak apa-apa di
baca sama orang yang ngeliat terus diketawain, nggak usah malu, gak semuanya
yang begitu kok, siapa tau ada yang bantu do’a, dan tiap hari kertasnya
diliatin juga di solawatin. Insya Allah.. eh tapi jangan lupa seimbangi dengan logika
dan usahamu ya.
Mudah Menyelesaikan Masalah
Perumpamaan
kertas putih yang di tuliskan tinta hanya sekedar titik pada tengahnya saja
yang terlihat ya hanya titik hitam itu saja. Benar kan? Ya, itu manusiawi.
Tapi
kita kembali, jika kita tahu bahwa warna putihnya lebih banyak bagaimana
tanggapanmu?
Heran?
Malah
itu yang benar.
Kita
terbiasa fokus pada titik hitam itu, terlalu fokus sama masalah atau kekurngan kita.
Padahal jika kita tahu bahwa warna putih itu lebih banyak, pasti kita akan
terus bersyukur.
Nah,
barusan itu adalah penglihatan yang anti mainstream. Mulai sekarang kita
berlatih untuk membaca ya, selain membaca tulisan atau buku, kita harus terbiasa
membaca keadaan dan juga masalah pada diri kamu. Karena membaca bukan sekedar
melihat tulisan saja, tapi menonton dan memperhatikan merupakan kegiatan
membaca.
Banyak
orang yang setiap memiliki masalah ia mengeluh dan tidak menerima keadaan.
“mengapa demikian?”
Karena
ia tidak mengenal masalah yang ada pada dirinya, tidak tahu masalah apa yang
sedang menimpa dirinya. Akhirnya, bukan memperbaiki diri malah menyalahkan
orang lain. Lucu gak sih?
Tidak perlu menjadi pendendam jika dirimu disakiti dan tidak peril menjadi
pendengki jika dirimu merasa tidak beruntung. Tolong bersyukurlah, agar setiap
langkahmu berdampingan dengan kebahagiaan –Rully Nur Rahim-
Pembahasan
masalah yang sulit diselesaikan itu bila kita tidak akui bahwa itu (bisa)
berunsur dari diri kita. Tak perlu lihat kanan-kiri bila memang itu terfaktor
dari diri kita. Menyalahkan dan berasalan itu sudah menjadi pasangan untuk
menunjuk bahwa masalah itu bukan dari diri kita. Coba kalian tengok dulu, apa
yang pernah kita perbuat di waktu yang sebelumnya? Jika sudah, ucapkan maaf
saja pada dir sendiri dan orang lain yang berkoar. Namun ucapan maaf itu bukan
pertanda kau ingkar. Banyak yang harus kita syukurin. Berusaha keluar dari
masalahmu, liatin masalahmu, kenalin masalahnya, sambil nunggu surprise apa
yang bakalan Allah kasih ke kamu. Tenang, bismillah..
20 Mei 2018
BAW days 4
0 komentar:
Posting Komentar