Pendidikan Karakter dan Kurikulum Aqil Balig
Barusan adalah secuil
karakter yang bertempat pada era digital. Masih banyak karakter-karakter
lainnya yang tercipta dari kemitraan manusia dan mesin saat ini. Apakah kamu
salah satunya? Atau kamu memiliki karakter yang berbeda? Seakarang jika kita bicara
soal karakter, apa yang kamu fikirkan? Sikap? Etika? Atau apa?
Menurut KBBI karakter
sendiri memiliki arti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti
yang membedakan seseorang dengan yang lain. Namun jika kita tambahkan
imbuhan ber- artinya mempunyai tabiat; mempunyai kepribadian; berwatak. Jika bisa
diartikan juga dengan sikap seseorang atau kepribadian yang positif. Hal ini
sesuai dengan fungsi Pendidikan nasional pada Undang-Undang
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 yaitu; mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa; dan tujuan pendidikan nasional untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Implikasi dari
Undang-Undang tersebut bahwa, pendidikan di setiap jenjang, termasuk Sekolah
Menengah Atas (SMA) harus diselenggarakan secara terprogram dan sistematis
mengarah kepada pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Impian dari Negara ini begitu baik, kitapun bisa melihat lagi
kurikulum aqil baligh yang sudah diterapkan pada salah satu sekolah dasar swasta
di Tangerang. Mereka mempercepat Aqil (kematangan berfikir) dan menahan balig
(perubahan fisik untuk menjadi remaja). Nah bagaimana jika ada anak yang sudah
balig namun aqilnya belum terbentuk? Nah disini masalahnya, akhirnya banyak
yang berani untuk melakukan hubungan di luar pernikahan, narkoba, tawuran, dan
hal yang buruk lainnya, naudzubillah. Maka pendidikan di sekolah dan di rumah
harus seimbang, tidak ada kejomplangan. Di sekolah memiliki program yang baik
namun di rumah karena sudah menyerahkan segalanya ke sekolah tidak membuat
program apa-apa, atau sebaliknya.
“Guru bagaikan gula yang larut di dalam air. Ia senang anak
didiknya cerdas berprestasi. Walau, yang akan pertama ditanyai oleh orang lain
adalah siapa orangtuanya? Bukan siapa gurunya?”
Bertahan dalam Kerasnya
Pergaulan
Kita kaitkan dengan kurikulum Aqil Balig tadi dalam dunia
kehidupan remaja untuk bergaul bersama lingkungannya. Sebelumnya kita
selaraskan pemikiran dengan pengertia Aqil dan Balig itu sendiri. Aqil adalah akal
pikiran anak menuju dewasa dan Balig adalah kondisi fisik anak yang ditandai
dengan menstruasi untuk anak perempuan dan mimpi basah yang dirasakan oleh anak
laki-laki.
“Mengapa disebut dengan dewasa tidak remaja?”
Karena
dalam islam tidak mengenal kata remaja, itu untuk menimbulkan rasa percaya diri
dan kemuliaan dalam jiwa anak-anak muslim. Terbukti Rasulullah di usia 20 tahun
beliau sudah dipercaya untuk memegang harta orang lain. Muhammad Al Fatih, usia
22 Tahun sudah menakhlukan Konstatinopel, ibkota kekaisaran Bizaitun para
pemimpin senior kala itu. Abdurrahman An
Nashr, usia 21 tahun , hidup di masa keemasan di bawah pemerintahan Andalusia, telah
melewati berbagai guncangan dan membangkitkan ilmu di wilayah An Nazhr,
sehingga wilayah tersebut menjadi Negara terkuat di masanya dan ia didekati
para penguasa Eropa. Itab bin Usaid dijadikan gubernur Makkah oleh Rasulullah
SAW pada usia 17 tahun. Dan terakhir diantara banyak khalifah ada Mu’adz bin Amr bin Jumuh (13 tahun) dan
Mu’awwidz bin afra(14 tahun), keduanya adalah pemuda yang telah membunuh Abu
Jahal, pemimpin orang-orang musyrik pada perang badar.
“Dan sekarang kamu usianya sudah berapa? Apa yang sudah kamu
lakukan untuk orang lain?”
Hal ini
adalah pertanyaan berat bagi kita semua pastinya. Hidup di akhir zaman, hidup pada zaman fitnah. Memilik teman untuk
bergaul perlu banyak yang diperhatikan.
“Permisalan
teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan
seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi,
atau engkau bisa membeli minyakwangi darinya. Dan kalupun tidak, engkau tetap
mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan
apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkai tetap mendapatkan bau
asapnya yang tak sedap.” –HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628-
18 Mei 2018
2 halaman
0 komentar:
Posting Komentar