Pola asuh orangtua yang bagaimana?
Banyak cara para orangtua
dalam mengasuh buah hatinya. Pada dasarnya setiap anak itu berbeda dan yang
mengetahui kebutuhan setiap anak adalah orantuanya. Dalam cara mengasuh anak,
setiap orangtua menyesuaikan kebutuhan nutrisi dan masa depan si anak. Ada hal
yang tidak boleh terlupakan untuk saya sebagai pengajar di sekolah mengetahui
bahwa waktu dan kasih sayang kepada anak itu hal yang lebih penting. Karena hal
ini berkaitan sekali dengan tahap perkembangan anak sesuai usia, dari Agama,
Afeksi, Kognisi, Bahasa, Fisik, dan Sosial.
Jika keenam kebutuhan itu
terpenuhi, anak akan dapat mudah beradaptasi untuk mematangkan aqil dan mempersiapkan
balig.
Pola asuh orang tua terhadap
anak dalam kacamata saya di sekolah dan sebagai bagian dari anak milenial
generasi Y yang lahir antara 1981-1995 ini mulai menyimpulkan bahwa penanaman
nilai agama sejak dini perlu diperkuat oleh banyak orangtua. Kedua, orang tua memiliki waktu yang
baik untuk anaknya sehingga anak merasakan kedekatan terhadap kedua
orangtuanya. Ketiga, jangan sampai
anak kehilangan rasa kasih sayang orangtua. Keempat,
jangan sampai orientasi orangtua menekan anakya. Ke empat hal ini dirasa cukup
sebagai dasar untuk memberikan pijakan terbaik dalam mengelola tumbuh kembang
pada anak. Berikut sedikit penjabaran dari saya.
Penanaman nilai agama sejak dini
Dalam Islam, hal yang utama
itu jika kita meyakini siapa tuhannya dan siapa rasulnya sudah termasuk ia
beriman dalam agama Islam. Hal ini terkandung dalam Rukun Islam yakni;
Syahadat, Shalat, Puasa, Zakat, dan pergi Haji bila mampu. Ketika anak lahir
banyak diawali dengan suara azan dari ayahnya, harapannya pada adzan di lima
waktu ini ada seorang ayah yang mengajak anak laki-lakinya berjamaah. Tapi
seorang anak masih tidak tahu mengapa orangtuanya melakukan ini dan itu (re:
ibadah). Nah disini ada fungsi orangtua untuk mengenalkan siapa tuhan dan siapa
rasulnya. Biasanya respon dari si anak bertanya, “terus Allah ada dimana?” apa
yang akan kamu jawab sebagai orangtua?
Jika dari pengalaman yang
saya ingat ketika kecil, orangtua saya menjawab “Allah ada di hati kita” ma fii qalbi ghairullah tetapkan hanya
Allah yang ada di hati kita. Orangtua yang mengajari huruf hijayah hingga
menghafal surat pendek terutama Al-fatihah.
Mengapa Al-fatihah?
Karena Al-fatihah akan
dipakai pada setiap shalat sehingga pahala dari setiap bacaannya akan mengalir
pahala kepada orangtua yang mengajarinya.
Bagaimana jika anak bisa bukan dari orangtuanya?
Orangtua itu akan kehilangan
pahala yang luar biasa dari anaknya, orangtua itu akan kehilangan moment
kebersamaan bersama anaknya, orangtua itu tidak merasakan kepuasan batin dari
anaknya yang mampu melafalkannya. Karena anaknya bisa karena guru yang
mendampinginya, maka guru itu yang akan mendapatkan pahala setiap anak didik
melafalkannya.
Dan ini hanya sedikit
gambaran orangtua yangtidak mengajari langsung sang anak.
Bagaimana dengan orangtua mengajari menulis?
Sama halnya dengan menulis,
ketika orangtua langsung mengajari anaknya menulis, orangtua itu akan
mendapatkan pahala di setiap kegiatan menulis anaknya selama umur di dunia.
Masya Allah, begitu banyak pahala yang diterima orangtua dari anaknya dengan
mudah.
Kegiatan sederhana ini dapat
diterapkan di rumah. Pengetahan agama sangat penting bagi setiap anak sebagai
amanah orangtua untuk menjadikan setiap anak umat yang baik dan taat. Bukan
hanya itu, hal ini bermanfaat untuk ia menjadi pribadi yang berkarakter dan
berprinsip di masa dewasa, serta yang paling penting pengetahuan agama ini bisa
menjadi modal pahala orangtua yang memiliki anak yang sholeh/sholeha serta
membantu medoakan orangtuanya ketika wafat.
BAW days 19
0 komentar:
Posting Komentar