Orangtua memiliki waktu yang baik untuk anaknya
Masa depan sebuah negara itu
tergantung pada masyarakatnya. Masyarakat yang maju diisi dengan akhlak
warganya yang baik. Akhlak setiap warga diurus oleh setiap kepala keluarga yang
didampingi terus oleh pantauan dan didikan orangtua. Jika di setiap keluarga
sudah rapih dalam menerapkan pendidikan akhlak maka akan berdampak pada
negaranya. Besar sekali dampak dalam pendidikan akhlak dalam setiap keluarga.
Kita hitung jika di Indonesia memiliki 34 provinsi, dalam satu provinsi pasti
memiliki 5-10 kota atau kabupaten, jika satu kota atau kabupaten ini memiliki
5-10 kelurahan, dalam satu kelurahan mencapai lebih dari 10 RW dan dalam satu
RW memiliki minimal 5 RT dan satu RT memiliki lebih dari 10 kepala keluarga
yang memiliki minima satu anak saja maka kata Bung Karno ia akan mengguncang
dunia.
Itu hanya dalam satu RT,
bagaimana jika dikumpulkan menjadi satu? Pasti Bung Karno bisa mencabut semeru
sampai akar-akarnya. Menakjubkan bukan? Perumpamaan yang tidak bisa
disepelekan. Perumpamaan yang logika sesuai realita.
Kita lihat di sekeliling kita
masih ada anak yang memiliki orangtua tapi seperti ia tidak memilikinya.
Orangtuanya sibuk dengan kegiatan diluar rumah walau dengan alasan ini demi
anaknya. Maaf kalimat saya cukup kasar, tapi ini memang kondisinya.
Ada anak yang berusia empat
tahun tidak ingin menginjak tanah kemudian ia tantrum karena merasa geli dan
tidak terbiasa di ajak keluar rumah karena selalu bersama nany-nya yang terlalu membatasi gerak dengan merasa ingin
melindungi si anak asuhnya alhasil self
esteem anak ini tidak terbangun walau
body awareness-nya sudah mulai terbangun. Dan pada bagian trust sebagai langkah dasar dalam
mempercaya bahwa linhkungannya aman terlihat mulai terganggu dan terus diberikan
penguatan oleh orantuanya sendiri bahwa ada banyak hal di luar rumah yang perlu
anak ini ketahui. Tapi karena kedua orangtuanya tidak memiliki waktu yang baik
dengan anakanya maka problem anaknya
ini tidak akan pernah selesai.
Mengapa harus dengan orangtuanya?
Dan mengapa tidak kunjung selesai?
Jawaban ini pasti kamu sudah
mengetahuinya. Itu merupakan tanda bahwa orangtua dan anak memiliki kontak
batin yang tidak bisa di deskripsikan. Jika seorang anak berada dibawah lima
tahun ini merupakan waktu emasnya anak-anak yang mudah dalam menerima masukan
dan pijakan dari orang terdekat terutama orangtuanya. Orangtua bisa saja
bilang, “nak ayo kita olahraga keluar tetapi tidak memakai alas kaki ya” dan
ketika keluar orangtua ini memberikan penjelasan mengenai tanah. “gimana rasa
kakinya? enak kalo tidak pada sandal atau sepatu ya. yang kita injak ini
namanya tanah, dan kita diciptakan dari tanah lo, jadi ketika sampai rumah
nanti kalau kaki kita kotor tidak apa-apa kan masih ada air untuk membersihkan
kaki kita.” Begitu kurang lebih pijakan yang kita berikan kepada anak yang
memiliki kasus seperti ini.
Kasus kedua,
Ada anak usia sekitar 11
tahun. Ia masih tantrum pada usia itu. Usut punya usut selain speech delay ia memiliki edikit waku
untuk bertemu dengan ayahnya. Ia bertemu hanya pada Sabtu dan Minggu, namun itu
bukan hari yang di khususkan untuk anaknya, melainkan masih ada waktu pekerjaan
di ayah yang harus dikerjakan dan diurusi. Dengan rutinitas yang seperti itu
akhirnya emosi anak tidak terkontrol. Mengapa? Karena anak akan mendapatkan
sisi ketegasan emosi dari seorang ayah, kebetulan anak ini adalah anak
laki-laki tungal maka sosok seorang ayah untuk anaknya membantu sekali dalam
mengatur emosi yang diseimbangi oleh emosi ibu yang begitu berperasa.
BAW days 20
0 komentar:
Posting Komentar