Lemah konsep baik dan buruk
Pada kisak anak yang kedua
ini, selain memiliki keterlambatan dalam tahap perkembangannya hampir dalam
semua segi, yang paling dikhawatirkan ketika ia beradaptasi dengan orang baru
dan lingkungan baru, jika kondisi ini tidak diperbaiki dengan membersamai anak
dan ayah akan menimbulkan lemahnya konsep baik dan buruk.
Mengapa demikian?
Karena pada usia sembilan dan
sepuluh tahun ada tahap anak yang ingin melakukan coba-coba. Contohnya ingin
mengejek temannya dengan menyebutkan nama orangtua, berkata gue-elu, berkata
kasar dan lainnya. Nah karena anak ini memiliki speech delay, maka dalam membahasakan ini ia hanya bisa utarakan
melalui fisiknya, bisa membuang barang teman yang ia tidak sukai, melemparkan
benda kasar pada temannya, hingga perbuatan yang paling dikhawatirkan ia bisa
sampai memukul temannya atau memukul sesuatu yang ada di depannya.
Berujung ketika dewasa ia
akan menjadi pendendam yang terus menerus, sensitif dalam melawan masalah
dirinya, hingga ia bisa menyakiti dirinya. Ini hal yang berbahaya bagi orangtua
yang tidak memiliki program khusus bagi anak yang pada tahap perkembangannya
terlambat.
Tidak hanya itu, dalam
bergaul atau berteman dalam linkungannya ia mungkin bisa cepat dalam
beradaptasi namun ia selalu terbawa arus pada lingkungannya, sekf concept dan social skill masih banyak di
bangun oleh orang terdekatnya yaitu orangtua. Alhamdulillah jika ia di duduki
oleh orangtua dalam memilih sekolah yang lingkungannya baik dan teman-temannya
dapat membantu masalah-masalahnya pasti itu akan menyelesaiakan masalah pada
tahap perkembangannya, namun jika orangtua belum menduduki anaknya pada sekolah
atau lingkungan dengan berisikan teman yang akan memberikan dampak negarif pada
anak berumur sebelas tahun ini maka ia akan melakukan hal apa saja tanpa
memikirkan resiko yang berefek pada dirinya.
Waktu luang bersam orantua
dan anak memang sangat baik. Kesempatan orang tua mengobrol dengan anak-anaknya
minimal hanya menanyakan hari ini memiliki kegiatan apa saja di sekolah akan
berdampak baik pada psikologi anak. Anak akan merasakan diperhatikan dan hadir
dalam satu keluarga. Menyelesaikan tugas sekolah anak bersama. Mendengarkan jika
ada keluhan anak ketika ia di luar rumah.
Membuat kegiatan minimal satu
minggu sekali atau satu kali dalam sebulan dilakukan bersama keluarga untuk
lebih mengenal satu sama lain dan saling mengerti antara anak dan orangtua. Anak
akan berfikir, “oh, Ayah dan Bundaku sudah mengajakku jalan-jalan hari ini”
maka ia akan timbul rasa bahagia dan sayang kepada orangtuanya karena ia senang
hari ini bersama orangtuanya. Jika hal itu di kerjakan rutin, anak tidak akan
mau melihat orangtuanya sedih atau nangis karenanya. Insya Allah akan membentuk prinsip dan
karakter anak dan dapat konsep baik buruk pada anak serta jika diseimbangi
dengan pengenalan hal agama dengan shalat berjamaah atau tadarus Al-Qur’an itu
akan menumbuhkan konsep syurga dan neraka. Sangat mudah bukan? Yuk kita terus
memperbaiki diri. Allahu Akbar!
Ketika waktumu
di luar rumah tidak berpenghujung, jangan sampai yang ada dirumahmu bertemu
ketika usiamu sudah dipenghujung.
BAW days 21
0 komentar:
Posting Komentar