“Aku sebal menjadi
kacang kedelai! sudah kecil, hitam, hidupku di dalam tanah, tak ada yang
dibanggakan. Ditambah, memiliki kakak yang banyak, duh ibukupun sudah lemah dan
sakit-sakitan. Aku ingin bermain bebas, tidak ingin berada di rumah terus untuk
menemani ibu yang sakit ini!”
Kemudian kacang kedelai pun keluar dari rumah dan berniat untuk
mencari sosok ibu tangguh yang ia inginkan. Ia berjalan melewati gunung dan
sungai untuk menemukan sosok ibu yang ia inginkan. Ketika ia telah melewati gunung
dan sungai, tiba-tiba ia melihat ada barisan tanaman padi yang membuat ia
terpesona akan cantik putihnya.
Kedelai bertanya, “Hai,
namamu anak padi ya? Apakah aku boleh bertanya? Dimana ibumu?”
Anak padi menjawab, “Hai
adik kedelai, ada apa kamu kesini untuk mencari ibuku?”
“Aku ingin sekali
bertanya pada ibumu.” Kedelai pasrah
“Ada apa nak kau
mencariku?” tiba-tiba langsung dijawab oleh ibu padi
“Aku melihat dirimu
begitu kuat, cerah, dan hebat. Apakah aku bisa mejadi anakmu?” kedelai
meminta
“Hai anakku kedelai,
aku bisa saja jatuh ketika sudah banyak anak-anakku yang lahir dan dewasa. Tidak
seperti jagung di seberang sana, ia tangguh dan memiliki warna kuning seperti
matahari yang membuat sehat diri kita.” Ibu padi menasihati
Kedelai kecewa, “baik
ibu pagi aku akan ke ibu jagung untuk menanyakan ini”
Kemudia kedelai dengan susah payang berjalan di atas lumpur
dan luasnya ladang, akhirnya ia sampai pada ladang jagung yang berdiri kokok di
bawah teriknya matahari.
“Ibu jagung, aku
kedelai. Apakah kamu bersedia menjadi ibuku? Karena yang aku tau kamu tidak
akan jatuh jika anak-anakmu lahir dan tumbuh dewasa.” Kedelai memohon
“Hai anakku, aku bisa
jatuh dan terluka jika tidak ada yang menjagaku dan anak-anakku di ladang ini,
karena banyak kumpulan burung liar yang berani memakan anak-anakku, bahkan aku
sempat di makan oleh sekumpulan burung liar itu.” Ibu Jagung menjawab
ketidakberkenaan
“Wah burung-burung itu
hebat sekali ya bisa terbang, aku akan terbang jika akan bersamanya ya kan Ibu
Jagung?” kedelai langsung berlari tanpa mendengar penjelasan dari ibu
jagung.
(suara burung liar)
Tiba-tiba salah satu burung liar tersebut melihat kedelai
sedang berjalan ke arahnya dengan tatapan lapar, dan sempat terfikir ingin
memakan kedelai tersebut, tetapi kedelai itu langsung menyodorkan pertanyaan, “hai burung, apakah engkau bersedia menjadi
ibuku? Karena yang aku tahu kau bisa terbang dan mengajak aku sebagai anakmu
nanti untuk belajar terbang.”
Tatapan burung liar itu semakin aneh mendengar pertanyaan
yang dilontarkan oleh kedelai, “apakah
engkau tidak salah bicara kedelai? Aku mungkin bisa saja memangsamu sekarang.”
“aku mohon untuk
menjadi anakmu ibu burung”, kedelai memohon
“aku tidak sekuat yang
kau kira kedelai, aku bisa saja tidak akan terbang lagi karena sayapku patah
karena bertarung merebutkan makanan dengan ayam yang ada di daratan.”
Kembali kedelai langsung mencari sesosok ibu ayam yang bersedia
mengadopsinya sebagai anak.
Tiba-tiba kedelai masuk pada perkampungan ayam, dan kemudia
ia di kejar oleh anak ayam.
“hai berenti jangan
kau terus mengejarku, aku kesini hanya ingin bertemu dengan induk ayam!, aku
ingin sekali menjadi saudaramu, menjadi kakakmu.”
Kedelai berbicara sambil berlari karena dikejar oleh anak
ayam, lalu anak ayam tersebut berhenti untuk megejarnya.
“apa? Kau tidak salah
ingin menjadi saudaraku?” tanya anak ayam
Dari kejauhan induk ayam mendengar percekcokan mereka
berdua, “hai kedelai, apa yang kamu
bicarakan? Berani sekali kamu datag dikampung kami? tujuanmu apa?”
“aku ingin mencari
sosok seorang ibu disini, yang bisa menemaniku main, memiliki bada besar, dan
selalu menang dalam berkelahi” kedelai pun memohon
“aku tidak akan bisa
menjadi ibumu, aku juga tidak bisa menang selalu. Yang aku fikirkan yaitu
tentang kebermanfaatan dagingku. Makanya aku selalu mencari makanan yang baik
untukku dan anak-anaku. Namun, aku selalu kalah dengan daging sapi yang besar,
juga banyak dicari orang. Daging sapi pun selalu muncul ketika Hari Raya,” jelas
Induk ayam.
Lagi-lagi tanpa pamit kedelai langsung mencari peternkan
sapi. Kedelai tidak megenal lelah dalam pencariannya tersebut. Kemudian ia
sampai di peternakan sapi.
Kedelai bertanya kepada sapi, “Hai Sapi, kau begitu besar dan dagingmu sangat berguna. Terlihat juga
memiliki susu yang sehat untuk anak-anakmu. Aku ingin menjadi anakmu, apakah
boleh?”
“apa? Kau ingin
menjadi anakku?,” sapi heran
“benar aku ingin
menjadi anakmu” jawab kedelai
“aku ini akan tidak berguna ketika ada anak bayi yang alergi
dengan susuku!, aku pasti kalah dengan susu yang terbuat dari warga kedelai
yang berada di balik sungai dan gunung disana!, jika aku matipun dagingku kalah
dengan kedelai yang dikelola menjadi tempe yang terbuat dari warga kedelai
dibalik sungai sana!, apakah kamu tau? tempe atas pengelolaan kedelai disanapun
sudah kemana-mana, ke luar kota bahkan ke luar negara!, aku? Hanya bisa berada
di kota-kota sekitar sini saja! Aku ingin sekali hidup dan matiku berguna
seperti kedelai-kedelai di balik gunung sana. Apalagi kedelai disanapun bisa
dibuat kecap yang menjadi khas Kota ini, Tangerang” jelas Ibu Sapi
Kemudian tanpa memikir panjang kedelaipun langsung berlari
pulang sambil mengeluarkan air mata karena mengingat ibu dan kakak-kakaknya di
rumah. Harapannya ibu dan kakaknya masih hidup. Dengan cepat ia berlari
melewati gedung-gedung tinggi, kemudian ia sampai dibantaran sungai dan
akhirnya ia sampai di gunung, lalu ia berhasil untuk melewati gunung yang
menjulang tinggi. hingga akhirnya ia melihat ibu dan kakaknya yang berada di
dalam karung yang siap mengangkut diri mereka untuk dikelola.
Akhirnya kedelai menangis dan langsung mendekati ibu dan
kakak-kakaknya dengan mengucapkan maaf dan selamat tinggal.
Kecap Benteng adalah ciri khas dari Kota Tangerang yang lahir sejak tahun 1920. Pembuatan kecap Benteng SH ini terletak 1 kilmeter dari daerah Pasar Lama Kota Tangerang tepatnya di jalan Saham RT 05/06 Kelurahan Sukasari. Pengelolaan kecap ini di pegang turun temurun dari generasi ke generasi. Sekarang ini sudah berada di generasi ke empat, yakni di pegang oleh Bapak Latief Sukaryadi.
Selain kecap ada makanan khas Kota Tangerang yaitu Laksa yang menjadi bagian penting itu adalah mie kuning kemudia diberikan kuah dengan bumbu salah satunya pencampuran kari dan santan. hem,, sungguh lezat jika dimakan dengan telur ayam ataupun daging ayam
0 komentar:
Posting Komentar