“Wah Rully mau bahas apalagi nih?” pasti seperti itukan yang
ada dipikiran kalian?
Duh jangan su’udzon gitu atuh... ini mah kan cuma nanyaaa..
ciyee kejebak sama hati sendiri.,,
(segeralah anda ber-istigfar) hahaha,,
Saya banyak dikelilingi teman-teman hebat!
Prestasi dan memiliki penghargaan yang segudang!
Ketika mereka mendapatkan penghargaan itu, mereka share di
akun sosial media miliknya. Dan akhirnya ada terbersit di hati saya ingin
seperti mereka. Salah satunya menjajakan keberhasilannya.
Alhamdulillah datanglah moment dimana saya membagi
kebahagiaan saya pada sebuah foto penghargaan.
Ping!!
Ping!!
Ping!!
“dek, kalo bisa jika kamu mendapatkan sesuatu jangan
dipamer-pamerkan ya”
Dong!! Hati saya. Why?
Itu kan hanya sebagian dari rasa syukur saya, bantah saya.
“sama saja dek, takutnya jadi Ria. Bisa dari kebiasaan kecil
yang tidak kita duga menjadi kebiasaan besar yang nantinya akan menyerang
keburukan terhadap kita. Percaya saja deh, InsyaAllah masukan saya baik.”
Begitu kurang lebihnya doi bicara.
Bener gak ya apa yang dibicarakannya?
Lain halnya dengan teman saya yang (menurut saya) jago
banget buat cerita gokil, berani dan antimainstream! Wah, jujur saja saya
adalah secret admire-nya (caillah~ dianggap serius amat sih hihihi).
“Ayolah buat buku, kasian otak lo gak berguna!” ketus saya
“aku gak mau rul, ayo deh aku yang nulis pakai atas namamu!”,
tandasnya
“gileee~ pahlawan tanpa sayap *eh” (seharusnya malaikat ya,
haha)
“aku tetep nulis setiap hari kok, tenang saja”, tukasnya
“kamu egois!”
“kok egois? Aku lebih suka membantu mimpi orang lain, lebih
suka menjadi pendengar rul, bukan sorotan...”
“tetap saja kamu egois!”
(dialognya mirip cewe-cewe labil gitu ya? Hahha)
Akhirnya setelah ada dialog tersebut saya mendapatkan bacaan
seperti ini.
“Manusia hebat itu yang mampu mengehebatkan orang lain,
manusia kuat itu yang mampu menguatkan orang lain, manusia mulia itu adalah ia
yang dapat memuliakan orang lain.” Ini bukan kalimat saya, saya lupa kalimat
ini siapa yang punya. Hihihi
Pada akhirnya saya sadar atas perkataan yang tak pantas yang
pernah saya lontarkan terhadapnya. Tetapi ada baiknya untuk membuat ia tidak
terdoktrin dengan kalimat tersebut.
Berkarya itu mengasikkan bukan? Produktif setiap hari,
menghasilkan sesuatu walau tidak banyak orang yang tau, dan yang paling
penting doain saya supaya cepet ngasih orangtua dengan adanya menantu,
eaaaa skip lah~ ahhahha.
Banyak orang yang tidak sadar dengan hal yang bersangkutan. Point-point
berdalih kepositifan. Tetapi, ia tidak berfikir bagaimana kebermanfaatan,
dengan bergaya atas nama berkarya.
Alih-alih yang biasanya demikian agar mementingkan perasaan
orang. Kita sebagai pononton juga seharusnya ambil makna yang baik-baik pada setiap
postig-an. Meniru (yang baik) dan bergerak adalah jalan untuk membentuk suatu
kebaikan, dari pada nyinyirin orang lebih baik yuk kita ngopi barengan. ciyah!
0 komentar:
Posting Komentar